Daftar Isi

Poin Utama
- Deflasi adalah ketika harga produk jadi turun di suatu ekonomi.
- Sebagian besar negara mengalami inflasi yang konsisten, yang berarti harga-harga produk terus naik.
- Deflasi biasanya terjadi saat resesi.
- Deflasi jangka panjang umumnya tidak baik untuk perekonomian.
Apa Itu Deflasi?
Deflasi adalah penurunan harga barang atau jasa yang umum dalam suatu ekonomi. Ini berarti bahwa produk yang sama akan memiliki harga lebih murah daripada sebelumnya. Tapi, jangan salah, deflasi ini bukan berarti nilai mata uangnya naik, ya. Deflasi bisa terjadi karena harga barang yang turun.
Tapi, karena enggak semua barang punya tren harga yang sama, biasanya deflasi diukur dengan rata-rata tertimbang dari beberapa barang yang diterjemahkan menjadi indeks harga konsumen (CPI).
Lebih umumnya, ekonomi kita mengalami inflasi yang konsisten dari waktu ke waktu. Inflasi itu kebalikan dari deflasi, lho. Jadi, produknya jadi lebih mahal daripada sebelumnya kalau diukur dalam nominal mata uang. Penyebab utama inflasi biasanya karena pemerintah terus-menerus mencetak uang, jadi pasokan uangnya naik tanpa ada perubahan permintaan secara keseluruhan.
Apa yang Menyebabkan Deflasi?
Ada beberapa hal yang bisa bikin deflasi nih. Misalnya, kalo pasokan uang berkurang, nilai mata uangnya bakal naik, dan akhirnya harganya turun. Tapi sebaliknya, kalo tiba-tiba banget pasokan barang dan jasa naik, harganya bisa jadi turun meskipun nilai mata uangnya tetep.
Harga juga bisa turun kalo permintaan barang dan jasa menurun, kek yang terjadi pas awal krisis COVID-19. Ga peduli nilai mata uangnya gimana, kalo permintaannya turun, para pedagang harus ngejatohin harga supaya tetep kompetitif, dan itulah yang bikin deflasi.
Dampak Ekonomi Deflasi
Deflasi punya efek yang beragam pada perekonomian, tapi deflasi yang konsisten hampir selalu punya efek negatif bagi konsumen. Dengan harga yang turun, perusahaan akan dapat untung yang lebih kecil dari penjualan, jadi mereka mungkin harus memotong produksi. Akibatnya, perusahaan-perusahaan ini akan perlu mem-PHK karyawan atau mengurangi gaji mereka. Ketika ini terjadi dalam skala besar, konsumen punya pendapatan yang lebih sedikit dan jadi kurang mau beli barang, yang selanjutnya menurunkan permintaan. Siklus umpan balik ini menghasilkan deflasi yang lebih parah dan disebut spiral deflasi.
Deflasi juga punya beberapa efek positif. Dengan harga yang turun, konsumen jadi punya daya beli yang lebih besar. Ini bisa mendorong pembelian dalam jangka pendek atau memberi mereka uang ekstra buat bayar hutang.
Namun, harapan perubahan harga di masa depan juga ikut mempengaruhi keputusan konsumen, nih. Jika ada harapan harga turun, konsumen bakal nunda-nunda belanja biar bisa dapetin harga lebih murah di masa depan. Tapi kalo ada harapan harga naik, mereka mesti belanja sekarang biar nggak rugi kalo harganya naik dan daya beli mereka menurun.
Kasus Deflasi di Amerika Serikat
Deflasi umumnya terjadi saat resesi ekonomi. Terakhir kali di Amerika Serikat, deflasi yang berlangsung lama dan konsisten terjadi selama Depresi Besar pada tahun 1930-an.
Krisis keuangan tahun 2008 juga mengalami periode deflasi yang singkat. Yang paling baru, Amerika Serikat mengalami penurunan CPI selama bulan-bulan awal krisis COVID-19. Namun, CPI mencapai rekor tertinggi pada bulan Agustus 2020, mengakhiri periode deflasi singkat tersebut.
💡 Maret, April, dan Mei 2020 adalah bulan-bulan deflasi bagi Amerika Serikat.
Hasil ekonomi selama paruh pertama tahun 2020 sesuai dengan harapan ekonomi untuk deflasi. Tapi, dampak deflasi sebenarnya sulit dipisahkan dari peristiwa yang menyebabkannya. Misalnya, banyak orang kehilangan pekerjaan karena COVID-19, jadi sulit untuk bilang seberapa besar deflasi berkontribusi pada tingkat pengangguran.
Apakah Amerika Serikat Bakal Alami Deflasi Lebih Banyak?
Meskipun masa depan nggak jelas, rasanya nggak mungkin banget ada deflasi tambahan untuk dolar Amerika Serikat dalam waktu dekat. Malah, pemerintah perkirain tingkat inflasi bakal lebih tinggi dari biasanya. Pemerintah nambahin basis moneter dengan cepat banget buat bantu pemulihan ekonomi dari dampak COVID-19.
Ini bakal bikin nilai dolar Amerika Serikat turun, jadi harganya makin mahal. Federal Reserve bilang target inflasi tahunan sebesar 2% biasanya dikurangi demi fokus ke pemulihan ekonomi.