Mengapa “Kertas” Dianggap Sebagai “Uang”?

Apa sih nilai uang kertas ? kenapa bisa dipakai bertransaksi sehari-hari ?

Jawaban singkat dari pertanyaan diatas adalah karena ada otoritas yang menjamin. Otoritas tersebut umumnya yang berwenang untuk menerbitkan mata uang yang digunakan. Jawaban tersebut memang singkat, tepat, namun bagi sebagian orang mungkin kurang memuaskan. Otoritas tersebut memiliki cakupan wilayah, umumnya selama kita berada di dalam wilayah tersebut maka kita mengikuti aturan dari otoritas yang berwenang. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah

Bisakah kita bertransaksi tanpa melibatkan otoritas manapun ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita perlu melihat kembali ke zaman dahulu saat uang belum ditemukan dan masih menggunakan sistem barter. Seperti yang kita ketahui sistem barter sebenarnya telah memenuhi syarat sebagai transaksi tanpa perantara, namun bagaimana transaksi setelah sistem ini ditinggalkan.

Setelah sistem barter barang dan komoditas ditinggalkan karena memiliki berbagai kekurangan (lihat disini), perlahan manusia mencari sesuatu yang dapat digunakan sebagai uang. Mulai dari batu, garam, kulit kerang, serta logam sempat menjadi uang pada masanya.

Bentuk uang yang bermacam-macam tersebut sesuai dengan kepercayaan di lingkungan tersebut bahwa sesuatu dianggap berharga. Batu digunakan sebagai uang di pulau Yap, sebuah pulau yang terletak di samudera Pasifik yang akhirnya berakhir karena batu dapat dipalsu sehingga masa batu sebagai uang berakhir. Kulit kerang mulanya dinilai berharga sebab sulit untuk didapatkan, namun memiliki kekurangan bahwa bentuk kulit kerang berbeda-beda membuatnya sulit untuk menjadi satuan ukuran serta setelah ditemukan cara mendapatkan kulit kerang dengan mudah menyebabkan supply yang semakin banyak sehingga dianggap tidak berharga lagi. Garam menjadi uang pada masanya seiring dengan hewan ternak sebagai komoditas barter. Bahkan dalam Bahasa Inggris kata salary diambil dari bahasa latin garam yaitu sal.

Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, manusia menemukan bentuk uang yang lebih baik yaitu logam. Logam dinilai berharga karena sulit untuk ditambang, mudah untuk dipindahkan, serta ketahanannya terutama untuk logam mulia seperti emas dan perak yang tahan korosi. Ketahanan terhadap korosi membuatnya unggul sebagai pelindung nilai dibandingkan dengan logam lain yang tidak tahan korosi. Sifat kimiawi emas yang cenderung stabil dan mustahil didapatkan dengan cara selain ditambang membuatnya memiliki nilai yang sangat tinggi. Selanjutnya untuk memudahkan emas menjadi satuan ukuran, manusia mulai memproduksi koin logam yang terdiri dari emas, perak, dan perunggu dengan nilai emas > perak > perunggu.

Semakin lama logam mulia digunakan sebagai pelindung nilai, sampai pada saat dimana mana manusia cenderung kesulitan menyimpan koin emas yang mereka miliki. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membuat penyimpanan yang aman dan dapat digunakan untuk menyimpan koin emas mereka dengan upah sebagian kecil dari koin emas yang dititipkan. Hal inilah cikal-bakal berdirinya bank. Ternyata setelah proses ini berjalan cukup lama orang-orang lebih banyak menyimpan emasnya di bank karena tidak perlu repot memikirkan keamanan emasnya. Para bankir cukup memberikan bukti penyimpanan emas yang sewaktu-waktu bisa digunakan para pemilik emas untuk mendapatkan emasnya kembali. Bukti penyimpanan emas ini juga dapat digunakan sebagai alat transaksi pada masa itu sehingga banyak orang menggunakannya sebagai transaksi karena dinilai lebih mudah membawa kertas dibanding dengan emas. Bukti penyimpanan inilah yang menjadi cikal bakal uang kertas dengan underlying aset berupa emas atau masa yang disebut Gold Standard.

Sebagai contoh kertas yang memiliki underlying aset berupa emas, pada masa itu saat kita memiliki uang sebesar $1 USD, kita dapat menukarkannya dengan emas dalam takaran tertentu. Namun hal ini hanya berlangsung hingga 1971 saat Gold Standard dilepas dari dollar. Uang kertas yang asalnya memiliki underlying aset berupa emas, kini menjadi uang karena otoritas dari penjamin tanpa adanya underlying aset. Uang dengan model ini kita sebut dengan fiat, diambil dari bahasa latin yang artinya jadilah. Karena berdasarkan jaminan otoritas tertentu, memiliki keuntungan supply dapat diatur otoritas tersebut sehingga mudah mengatur aliran dana. Namun efek samping dari fiat adalah jika uang terus-terusan dicetak akan menghasilkan inflasi.

Inflasi adalah naiknya harga suatu barang/jasa akibat dari melemahnya daya beli dari uang yang digunakan. Semakin banyak uang yang dicetak dibandingkan dengan uang yang beredar membuat uang tersebut kehilangan daya belinya. Perbandingan uang yang beredar dan uang yang dicetak dapat diukur dengan stock to flow ratio.

Stock to flow ratio = existing supply / next extra production

Semakin tinggi nilai stock to flow membuatnya menjadi uang yang dapat mempertahankan nilainya, dapat disebut dengan hard money. Berlaku sebaliknya, semakin kecil nilai stock to flow semakin sulit untuk mempertahankan nilai, dapat disebut dengan easy money.

Dengan adanya kekurangan pada tiap bentuk uang yang berlaku pada masa tertentu, tidak menutup kemungkinan kedepannya akan ada bentuk uang baru yang membawa sifat uang sebelumnya namun memiliki kelebihan. Semua benda yang pernah dianggap sebagai uang selalu berusaha memenuhi kriteria berikut :

  • Portability, mudah dipindahkan. Emas sempat gagal memenuhi fungsi ini akhirnya tergantikan dengan kertas dengan underlying aset.
  • Divisibility, mudah dipecah nominalnya. Kulit kerang gagal memenuhi fungsi ini, karena memiliki ukuran yang berbeda-beda dan sulit memecah nominal.
  • Durablility, tidak mudah rusak. Komoditas sebagai uang gagal memenuhi fungsi ini karena mudah rusak sehingga sulit untuk menjadi pelindung nilai.

Cuplikan video berikut akan memberikan sedikit contoh unik apa itu uang

Pada akhirnya bentuk uang itu bermacam-macam, bahkan berubah seiring berkembangnya zaman, namun tetap memiliki sifat-sifat yang sama karena uang adalah kontrak sosial antara pihak-pihak yang melakukan transaksi. Jika pihak-pihak yang bertransaksi sepakat bahwa daun dapat dijadikan transaksi maka daun tersebut dapat dianggap sebagai uang.

Artikel original Mengapa “kertas” Dianggap Sebagai “uang” oleh Arief Ridwan terbitan 11 Januari 2022