Kerugian memegang altcoin jangka panjang

“Jangan taruh semua telurmu dalam satu keranjang”, kira-kira begitulah pepatah yang sering kita dengar dalam berinvestasi. “Diversifikasi itu penting! ” Tapi hal ini belum tentu benar di dalam dunia kripto.

Kenapa hal ini belum tentu benar? karena Bitcoin sangatlah berbeda dengan aset kripto yang lain. Bahkan Bitcoin sebenarnya tidak bisa disamakan sebagai kelas aset yang sama dengan altcoin yang lain. Bitcoin memiliki proposisi nilai yang berbeda, jaminan yang berbeda, kasus penggunaan yang berbeda, teknik yang berbeda, dan sejarah yang berbeda dari semua cryptocurrency lainnya.

Hanya Bitcoin yang mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama karena sifat Bitcoin yang unik:

  1. Jumlahnya yang terbatas
  2. Desentralisasi
  3. Ketahanan terhadap sensor

Kita bisa lihat grafik di bawah yang menunjukkan 10 koin teratas berdasarkan market cap dari tahun 2013 hingga 2022

Kalau kita lihat Bitcoin terus merajai cryptocurrency dengan peringkat nomor satu. Bahkan banyak aset crypto yang dulunya menjanjikan, saat ini hilang dari peredaran. Sedangkan Bitcoin tetap menjadi cryptocurrency dengan kapitalisasi pasar terbesar, paling liquid, paling banyak digunakan, dan paling aman.

Fakta ini tidak menghentikan para oportunis untuk menciptakan cryptocurrency mereka sendiri. Jumlah total cryptocurrency telah meroket selama dua tahun terakhir. Selama setahun terakhir saja, jumlah cryptocurrency telah berlipat ganda. Sekarang ada lebih dari 10.000 cryptocurrency aktif yang ada dan terdaftar dalam website CoinMarketCap. Dan masih banyak lagi cryptocurrency yang terus dikembangkan.

Tipu Daya Pre-mine

Sebelum kita menggali lebih dalam tentang altcoin, pertama-tama kita harus memahami permainan yang dimainkan. Ketika suatu cryptocurrency baru dibuat, investor biasanya melakukan investasi, tim pengembang dibentuk lalu mereka akan membagi persentase koin yang akan dikeluarkan untuk orang dalam dengan harga yang sangat rendah. Ini mudah dilakukan karena untuk membuat suatu cryptocurrency, tidak dibutuhkan biaya apapun.

Alokasi untuk orang dalam ini biasanya disebut sebagai “pre-mine” atau pra-tambang. Jadi koin ini didistribusikan sebelum koin dapat ditambang di dalam blockchain. Atau istilah lain, ini memberikan kesempatan investor untuk mendapatkan koin jauh sebelum masyarakat umum dapat memiliki kemampuan untuk menambang atau membeli. Ini pastinya tidak adil.

Di bawah ini kamu bisa melihat grafik beberapa cryptocurrency populer dan persentase total pasokannya yang dialokasikan untuk orang dalam (pre-mine) pada tanggal peluncuran publiknya.

Setelah koin diluncurkan, jika koin semakin populer apalagi terdaftar di dalam exchange besar. Para investor dan orang dalam memiliki kesempatan untuk menjual kepemilikan mereka kepada para retail. Para investor awal pastinya memiliki keunggulan dibandingkan dengan para trader retail, karena mereka mendapatkan koin di harga yang sangat murah sedangkan para retail harus menukarkan uang mereka atau bahkan bitcoin mereka untuk mendapatkan koin tersebut dengan iming-iming koin “Bitcoin berikutnya” atau “lebih baik dari Bitcoin”

Strategi ini bukanlah hal yang asing di dunia trading, dan setiap saat mereka berganti nama bertahun-tahun seperti ICO, DeFi, dan NFT, tetapi hasilnya tetap sama — orang dalam semakin kaya, dan orang luar kehilangan tabungan hidup mereka.

Pada tahun 2017, pasar cryptocurrency berkembang ketika Ethereum memungkinkan penciptaan Penawaran Koin Awal (ICO) melalui platformnya, sehingga ICO pun membanjiri pasar cryptocurrency hingga tak terhitung jumlahnya. Pada saat itu, ICO sangat populer karena investor menjual cerita tentang bagaimana setiap token akan merevolusi industri tertentu.

Sebagian besar token ini mampu mengumpulkan modal dalam jumlah yang tidak kira-kira hanya dengan white paper yang menceritakan semua hal menakjubkan yang akan dibangun tim pengembang dengan dana tersebut. Tapi tentu saja, banyak dari tim ini lebih tertarik untuk memompa harga token mereka dan mengantongi uang secara cepat daripada benar-benar membangun hal yang mereka janjikan.

Agar bisa bersaing para ICO memasarkan diri mereka sebagai sesuatu yang “lebih baik dari Bitcoin” dan mereka mengeklaim bahwa Bitcoin adalah teknologi lama dan lambat. Ini dilakukan agar orang awam membeli token mereka.

Mari kita lihat sepuluh ICO populer di era tersebut dan bagaimana performanya bila dibandingkan dengan Bitcoin setelah dilisting di salah satu cryptoexchange populer, Coinbase.

Mayoritas token ICO ini memiliki performa negatif terhadap Bitcoin, dengan penurunan rata-rata -58%. Walaupun token token ini termasuk daftar 10 koin teratas di Coin Market Cap.

Dari diagram diatas kita bisa melihat bahwa walaupun nampaknya token ICO tesebut terjangkau tetapi para investor retail akan kehilangan banyak uang apabila menyimpan koin ICO tersebut.

Sebagian besar token-token tersebut kehilangan nilai ketika didenominasi dengan harga Bitcoin dan cenderung kehilangan nilai dalam jangka waktu yang lama. Mereka tidak cocok untuk investasi jangka panjang dibandingkan dengan Bitcoin.

Altcoin adalah koin yang tersentralisasi

Walaupun para altcoin ini mengklaim dirinya sebagai koin yang terdesentralisasi tapi pada kenyataannya jauh dari demikian. Desentralisasi lebih digunakan sebagai jargon marketing untuk menarik para investor retail. Alasannya sederhana karena jika mereka tidak menggunakan kata “desentralisasi” mereka dapat didenda sebagai sekuritas yang tidak teregulasi.

Agar harga altcoin mereka dapat melonjak, mereka membutuhkan kerja sama dari bursa kripto dan disinilah sentralisasi terlihat jelas. Pendiri token harus membayar bursa kripto sejumlah uang agar dapat didaftarkan. Ini menjadi pusat keuntungan besar bagi pertukaran seperti Binance yang memiliki banyak pengguna untuk memompa altcoin tersebut.

Disaat token di listing di dalam bursa kripto ini adalah momen besar, seperti premier film blockbuster. Dan biasanya disaat setelah koin dilisting di dalam bursa kripto, mereka akan melonjak lalu akan turun tajam (pump and dump).

Karena kemungkinan mendapatkan uang banyak dari kenaikan dan penurunan token, ini menjadi candu bagi para investor retail. Aksi ini lebih mirip seperti judi ataupun lotere daripada investasi yang sebenarnya.

Altcoin adalah judi

Tetapi perlu diketahui bahwa karena Altcoin memiliki kemungkinan untuk melonjak, para investor bertaruh untuk mendapatkan kesempatan ini. Tentunya ini langka seperti unicorn, dan kebanyakan orang-orang yang beruntung adalah orang yang mengetahui tentang insider trading ataupun memiliki koin di awal-awal.

Orang-orang yang tahu tentang permainan altcoin menggunakan kesempatan ini untuk mengumpulkan lebih banyak bitcoin. Disaat harga Bitcoin menuju ke titik paling rendah, para investor biasanya akan mengakumulasi bitcoin dengan menjual altcoin mereka. Disaat harga Bitcoin meledak pertama kali, biasanya altcoin akan mengikuti, tetapi tidak semua altcoin mengalami nasib baik yang sama. Jika kalian beruntung memilih yang mana kemungkinan kalian akan mendapatkan keuntungan. Trend ini akan terus berjalan hingga harga Bitcoin mengalami koreksi. Disaat harga Bitcoin turun, altcoin akan menderita lebih parah lagi. Jadi secara garis besar, altcoin adalah judi: ada kemungkinan kamu akan menang, tetapi disaat kamu kalah, kekalahanmu bisa luar biasa parah.

Altcoin membutuhkan pesona si pendiri

Kebanyakan altcoin lebih mengutamakan pesona ataupun kepribadian dari si pendiri. Altcoin dan pendirinya tidak dapat dipisahkan. Karena harga altcoin tidak dapat hanya bergantung dengan “teknologi” yang ingin mereka tawarkan. Mereka membutuhkan pesona si pendiri.

Biasanya fokus dari altcoin lebih menonjolkan bakat si pendiri daripada utilitas token itu sendiri. Pendirinya biasanya dibuat seakan-akan seperti Albert Enstein era modern. Sehingga banyak orang percaya bahwa si pendiri dapat melakukan apa saja.

Tetapi ini kelemahan dari altcoin, karena kepopuleran mereka sangat dipengaruhi oleh tindakan si pendiri. Kalau tiba-tiba Vitalik ingin meninggalkan Ethereum, bayangkan apa yang akan terjadi dengan harga ETH.

Kenapa Bitcoin berbeda dengan altcoin?

Bitcoin adalah hal yang berbeda dengan cryptocurrency yang lain dan ia terus menjunjung tinggi apa yang sudah dituliskan dalam Bitcoin whitepaper. Bitcoin adalah mata uang kripto yang terdesentralisasi, memiliki jumlah terbatas dan tidak dapat disensor.

Bitcoin benar-benar terdesentralisasi, tidak ada satupun kekuasaan sentral yang menguasai bitcoin. Walaupun Microstrategy memiliki 129,000 BTC lebih, tetapi Microstrategy tidak dapat memiliki kekuasaan ataupun kemampuan untuk mengubah protokol Bitcoin. Walaupun Amerika Serikat saat ini memiliki kekuatan mining hashing terbesar di dunia, tetapi para miner ataupun pemerintah Amerika Serikat tidak memiliki kekuasaan ataupun kemampuan untuk mengubah protokol Bitcoin.

Kita bisa lihat seperti apa yang terjadi pada tahun 2017 disaat beberapa perusahaan dan bursa kripto besar seperti Coinbase ingin mendorong pengembang untuk meningkatkan kapasitas besaran blok Bitcoin, tetapi karena semakin besar blok bisa mempersulit orang-orang untuk menjalankan node bitcoin dalam artian maka akan semakin kurang terdesentralisasi, maka proposal ini ditolak dan tidak dijalankan.

Bitcoin juga tidak memiliki pre-mine. Satoshi Nakamoto tidak pernah mengalokasikan Bitcoin untuk dirinya sendiri ataupun kepada tim pengembang awal. Semua orang yang ingin memperoleh Bitcoin harus ikut serta dalam proses mining. Semua orang dapat mengunduh programnya dan dapat langsung menjalankan proses mining, begitu pula dengan Satoshi Nakamoto. Tidak ada kecurangan di dalamnya, tidak ada alokasi premine rahasia. Semuanya bersifat terbuka.

Bitcoin juga memiliki jumlah yang terbatas dan jumlahnya dapat diketahui secara publik dari awal Bitcoin dibentuk. Jadwal Bitcoin dikeluarkan juga sangat jelas dan kita tahu tinggal berapa banyak lagi Bitcoin yang belum dikeluarkan. Berbeda dengan beberapa altcoin yang memiliki jumlah tak terbatas.

Satoshi Nakamoto adalah nama samaran pencipta Bitcoin, hingga saat ini kita tidak mengetahui siapakah dia atau mereka. Tetapi karena ketidaktahuan kita membuat Bitcoin menjadi bebas dari penilaian terhadap pendirinya. Satoshi juga dapat meninggalkan Bitcoin tanpa mengganggu harga dan pengembangannya. Setiap pengembang Bitcoin memiliki pemahaman dan visi yang sejalan dengan Satoshi, dan ini membuat Bitcoin dapat bertahan hingga saat ini dan mempertahankan konsensusnya.

Kesimpulan

Sudah saatnya kita memisahkan Bitcoin dengan cryptocurrency lainnya. Hanya karena Bitcoin menggunakan kriptografi dan altcoin juga menggunakan kriptografi, maka dari mereka dikategorikan sebagai cryptocurrency. Padahal kenyataannya banyak hal yang membuat Bitcoin sangat berbeda dengan cyrptocurrency lainnya. Ini sama seperti kita menyamakan sepeda dengan roket, mereka sama-sama memiliki roda dan dapat membawa seseorang dari titik A ke titik B tetapi bukan berarti mereka didesain secara sama dan memiliki fungsi yang sama.

Sumber

Song, Jimmy. April 2022. Bitcoin Songsheet: Altcoin Delusions and Naivette.

Callahan, Sam. May 2022. Bitcoin vs Altcoins