Ancaman untuk koin anak bangsa

Akhir-akhir ini marak muncul koin yang dibuat oleh warga Indonesia, mulai dari ASIX, KUNCI, BOTX, DISC, TAD, NBT, VEX dan lainnya. Beberapa sudah diperjualbelikan di bursa kripto terdaftar tetapi banyak yang diperjualbelikan melalui DEX. Beberapa menyambut bahagia dengan bangga bahwa ini koin adalah koin anak bangsa. Tetapi apakah hanya dengan berkedok anak bangsa koin tersebut bebas dari ancaman rugpull ataupun sekuritas? Apakah koin tersebut memiliki nilai? lalu apa ancaman dari koin-koin anak bangsa ini?

Selain dari bitcoin, koin-koin yang beredar di dunia kripto memiliki dua permasalahan

  1. Ancaman dianggap sebagai suatu sekuritas yang ilegal
  2. Ancaman dari tindakan rugpull

Apa itu sekuritas?

Sekuritas dipantau oleh lembaga negara. Kalau di Indonesia sekuritas dipantau oleh OJK. Sedangkan di Amerika Serikat contohnya, sekuritas dipantau oleh SEC. Badan negara ini memantau sekuritas dengan maksud untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya terhadap resiko dan produk sekuritas apa yang diperjualbelikan. Tujuannya adalah memastikan bahwa investor diperlakukan secara adil.

Maka apabila suatu aset dianggap sebagai suatu sekuritas maka aset tersebut harus diawasi oleh OJK. Dan apabila suatu aset bertindak selayaknya suatu sekuritas tetapi tidak terdaftar dan memenuhi syarat yang berlaku maka aset tersebut bisa dianggap sebagai sekuritas yang ilegal. Karena jika suatu aset membentuk suatu kontrak investasi maka aset tersebut harus mematuhi hukum dan undang-undang yang berlaku.

Sebagai contoh seperti apa yang terjadi pada koin XRP. Pasokan XRP berada di bawah kendali perusahaan swasta Ripple. Pada awalnya Ripple membuat pasokan XRP secara tetap dan Ripple menjual XRP secara bertahap seiring waktu. Ripple dipegang oleh banyak orang yang bukan lembaga keuangan dan tidak mematuhi peraturan sekuritas. Sebagai akibatnya XRP dilaporkan sebagai suatu sekuritas dan harus membayarkan jutaan dolar untuk mendapatkan izin yang tepat sebagai suatu sekuritas.

Howey Test

Untuk mengetahui apakah suatu aset adalah sekuritas / “kontrak investasi” atau bukan maka dapat dilakukan suatu tes yang disebut sebagai Tes Howey. Tes ini dibuat oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat, jika suatu aset memenuhi kriteria ini maka aset dapat dianggap sebagai kontrak investasi.

Mari kita telaah satu persatu:

1.Investasi Uang
Jika token atau aset tersebut adalah investasi maka ada janji bahwa investor akan mendapatkan suatu keuntungan.

2. Ada harapan keuntungan
Jika ada harapan dan kepastian dari suatu keuntungan maka ini bisa disebut sebagai kontrak investasi.

3. Uang yang diinvestasikan dimotori oleh perusahaan bersama
Perusahaan bersama sebagai perusahaan yang memiliki “struktur horizontal”. Ini berarti bahwa investor mengumpulkan dana mereka bersama-sama untuk berinvestasi dalam suatu proyek.

4. Ada yang mempromosikannya
Keuntungan dari aset kripto tersebut didorong oleh perilaku sejumlah kecil pemegang token

Kita bisa lihat analisa komik mengenai apakah ethereum merupakan sekuritas di video dibawah ini:

Jadi mari kita ambil contoh koin ASIX yang sedang populer di kalangan ibu-ibu nusantara. Koin ini dibacking oleh Anang Hermansyah selaku presiden komisarisnya. Bahkan Anang hermansyah berkata bahwa “Investasi ini seperti saham dan jika proyek ini berjalan dengan baik maka nilai tokennya akan tinggi, teman-teman akan mendapatkan untung dari situ” dalam wawancaranya di TVOne. Ini mengindikasikan bahwa koin ASIX bertindak selaku sekuritas. Serta ada janji bahwa para investor akan mendapatkan keuntungan dari nilai token tinggi. Dalam hal ini koin ASIX lolos dalam Howey Test sebagai sebuah sekuritas.

Koin ASIX pun bergerak menggunakan IDO (Initial Dex Offering) yang mana ini mirip seperti Initial Public Offering (IPO) yaitu sebagai upaya institusi untuk melakukan crowdfunding. Dengan melakukan IDO, proyek tidak harus membayar biaya tinggi dan tidak memerlukan izin siapa pun karena ini adalah penawaran yang sepenuhnya terdesentralisasi.

Berbeda dengan apabila ingin melakukan IPO perusahaan, maka suatu perusahaan harus terdaftar di dalam BEI, perusahaan harus jelas tertata, perusahaan harus sudah memiliki keuntungan, perusahaan juga harus memiliki aset. Proyek yang ingin dilakukan oleh koin ASIX saat ini masih dalam tahap pengembangan. Sehingga apabila proyek ini gagal, ini akan masuk ke dalam daftar ribuan proyek-proyek IDO dan ICO yang gagal tetapi menjaring dana yang besar.

Prosedur untuk perusahaan agara go public (Sumber: IDX)

Koin ASIX menggunakan selebriti indonesia untuk mempromosikan koinnya. Contohnya seperti penyanyi Judika, Kevin Aprilio, Titi Kamal dsb. Berkat kepopuleran mereka, banyak para investor yang tidak paham kripto, berbondong-bondong membeli koin ASIX dengan harapan untuk segera meraup keuntungan. Beberapa investor awal kemudian panik disaat harga koin ASIX terjun. Timeline twitter dibanjiri oleh investor yang tidak mengerti sama sekali bagaimana cara kerja kripto, yang hanya membeli koin karena melihat apa yang dilakukan oleh para selebriti tanah air.

Ancaman Rug Pull

Rugpull adalah jenis penipuan di mana pengembang atau pembuat token melarikan diri dengan dana investor. Biasanya itu terjadi ketika scammers membuat proyek cryptocurrency yang kelihatannya sah, merilis token berdasarkan konsep yang menjanjikan, dan mencantumkannya di bursa yang terdesentralisasi (DEX). Ketika nilai token meningkat, scammers akan menarik semua dana yang dialokasikan dan dengan cepat meninggalkan proyek.

Tempat paling populer untuk para scammers melakukan rug pull adalah melalui pertukaran terdesentralisasi (DEX) dan liquidity pool (LP) , yang memainkan peran penting dalam keuangan terdesentralisasi (DeFi).

DEX tidak memerlukan audit ketat untuk token yang baru terdaftar. Siapa pun dapat mendaftarkan token mereka, dan ini adalah salah satu alasan mengapa mereka menjadi sarang para scammers.

Alasan lain adalah sifat protokol likuiditas yang terdesentralisasi yang bertindak sebagai market maker di dalam DEX. Mereka tidak memiliki badan terpusat untuk memfasilitasi perdagangan; semua order book ditetapkan dan dijalankan pada kontrak pintar.

Tetapi untuk memastikan akan terjadinya suatu perdagangan, pertama-tama harus ada likuiditas. Likuiditas disediakan oleh para investor, yang mengunci dana mereka di dalam liquidity pool dalam berbagai pasangan mata uang kripto. Siapa pun dapat membuat liquidity pool untuk pasangan perdagangan baru dengan mengunci sejumlah modal tertentu.

Ketika kumpulan likuiditas dibuat, scammer akan menarik investor untuk membeli token mereka dan menguncinya ke dalam liquidity pool untuk menghasilkan profit. Biasanya scammer akan mengiming-imingi profit yang sangat tinggi.

Jadi, setiap kali harga token naik, scammers menarik seluruh jumlah yang terkunci di liquidity pool.

Biasanya, mereka menerapkan kode khusus yang menonaktifkan kemampuan investor untuk menjual token palsu mereka kembali ke bursa. Sementara itu, scammer sepenuhnya mampu mengoperasikan dan menukar semua aset digital tersebut.

Mengidentifikasi rug pull

Ada berbagai bendera merah untuk menentukan apakah koin tersebut dapat dirugpull atau tidak. Antara lain adalah

Hype tiba-tiba
Suatu token biasanya mendapatkan yield atau hasil yang mengesankan sehingga kelihatannya “too good to be true”. Hype biasanya adalah taktik umum yang digunakan para scammers untuk menggelembungkan nilai token mereka. Biasanya mereka akan menggunakan para influencers atau selebriti untuk semakin memompa koin tersebut dan menimbulkan FOMO bagi para investor baru. Biasanya pula para scammer akan memberikan janji return yang menggiuarkan atau bahkan profit yang konsisten.

Likuiditas tidak terkunci
Sebagian besar liquidity pool mengunci aset digital mereka untuk jangka waktu tertentu. Ini adalah langkah yang diperlukan untuk memberikan kepercayaan kepada penyedia likuiditas dan melindungi mereka dari risiko rugpull. Jika liquidity pool tidak terkunci, scammer dapat menguras aset dan meninggalkan investor tanpa apa-apa.

Alokasi token
Scammers cenderung menyimpan sebagian besar pasokan token untuk diri mereka sendiri. Jika sebagian besar token berada di dompet beberapa pemegang, ada kemungkinan potensi rugpull atau setidaknya ada manipulasi harga. Periksa alokasi token di situs web seperti Etherescan atau BSCScan. Jika ada beberapa pemegang tetapi dengan jumlah token yang besar di dompet mereka, anggap ini sebagai tanda peringatan.

Likuiditas rendah
Volume perdagangan yang sehat harus bertahan dalam kisaran 10% hingga 40% dari kapitalisasi pasar aset. Volume perdagangan 24 jam yang rendah menunjukkan likuiditas yang rendah. Jika volume di bawah angka 10%, ini mungkin menandakan bahwa tidak ada cukup aset yang terkunci ke dalam liquidity pool. Ada dua kemungkinanan: mungkin proyeknya masih sangat muda atau likuiditasnya tidak terkunci. Informasi tentang liquidity pool biasanya tersedia di DEX yang sah.

Whitepaper yang tidak jelas
Proyek penipuan tidak berjangka panjang, sehingga scammers tidak akan berusaha keras menampilkan proyeknya.Kamu dapat melihat ini dari whitepaper yang tidak jelas, dokumen kunci dari setiap proyek crypto yang mencakup strategi, tujuan, dan analisis pasar. Jika proyek tidak memiliki whitepaper atau whitepapernya yang sangat abstrak yang mirip dengan materi promo, lebih baik jauhilah dari proyek semacam itu.

sebagai contoh ini adalah whitepaper di dalam token ASIX milik Anang Hermansyah

Hanya terdaftar di DEX saja
Pertukaran crypto terpusat menerapkan kebijakan daftar yang ketat dan setiap token baru harus memenuhi persyaratannya. Ini adalah proses yang cukup panjang, sehingga scammers tidak menginvestasikan waktu atau modal mereka dan kebanyakan hanya mencantumkan token di bursa yang terdesentralisasi.

Aktivitas dari developer minim
Salah satu red flag adalah jika kode sumber tidak dapat di audit. Beberapa token tidak membagi kode sumber mereka sehingga sangat sulit untuk mengaudit kode tersebut apakah sah dan aman. Biasanya kita bisa menilai apakah suatu proyek dikembangkan secara rutin berdasarkan aktifitas commit di dalam github.

Market Cap tidak bisa menjadi patokan

Market cap atau kapitalisasi pasar adalah perhitungan yang muncul dari keuangan tradisional tetapi juga sekarang semakin populer di dunia kripto. Marketcap digunakan sebagai tolak ukur nilai mata uang digital atau token. Tapi permasalahannya market cap mudah untuk dimanipulasi sehingga menjadi indikator yang berbahasa. Jika tidak jeli, investor dapat tertipu.

Marketcap dihitung dengan mengalikan pasokan cryptocurrency atau token yang beredar dengan harga transaksi terakhirnya. Akan tetapi disinilah permasalahannya. Market cap hanya mencerminkan harga bukan nilai. Marketcap tidak mencerminkan nilai dari aset kripto. Harga yang kamu bayarkan untuk suatu token atau koin tidak ada hubungannya dengan nilai dari koin tersebut. Ini hanya mengindikasikan dari apa yang orang mau bayar, dan biasanya didorong oleh FOMO atau sentimen yang irasional.

Permasalahan kedua adalah marketcap hanya mencerminkan harga transaksi terakhir dikalikan dengan pasokan yang sedang beredar. Dan marketcap tidak mencerminkan uang yang sebenarnya diinvestasikan

Sebagai contoh:

Katakanlah saya membuat token dengan persediaan 10 miliar, saya mengembangkan kontrak ERC20 sederhana dan menyebarkannya di Ethereum, dan di DeFi. Saya kemudian meyakinkan teman saya untuk membeli salah satu token ini seharga $1. Selamat! Token ini sekarang memiliki marketcap sebesar $10 miliar.

Lalu katakanlah teman saya menjual token yang saya buat tadi seharga $2 kepada orang lain. Market cap akan meningkat dari 10 miliar menjadi 20 miliar, meskipun hanya $2 yang berpindah tangan. Jadi, jika kamu melihat token dengan kapitalisasi pasar $1 miliar, mungkin hanya $10 atau $20 juta yang diinvestasikan di dalamnya. Jika runtuh dan menjadi nol, investor hanya akan kehilangan $10 atau $20 juta, bukan $1 miliar.

Baru-baru saja salah satu syarat dari BAPPEBTI agar ASIX dapat didaftarkan di dalam deretan koin dari BAPPEBTI adalah koin tersebut harus masuk peringkat top 500 koin di dalam daftar coinmarketcap. Sehingga dari penjelasan di atas peringkat marketcap sangat mudah untuk dimanipulasi dan tidak menjadi indikator apa-apa.

Apa perbedaannya dengan Bitcoin?

Bitcoin berbeda dengan koin-koin di dalam dunia kripto. Bitcoin merupakan koin yang teraman dari ancaman rugpull ataupun dianggap sebagai sekuritas. Yang pertama Bitcoin diciptakan melalui proses mining berbeda dengan koin-koin kebanyakan yang dihasilkan melalui proses staking. Berdasarkan pernyataan dari SEC, Bitcoin tidak lolos Tes Howey sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai sekuritas.

Bitcoin tidak memiliki kesamaan horizontal seperti sekuritas kebanyakan karena setiap investor bertindak atas kemauannya sendiri saat membeli bitcoin, tidak ada pengumpulan dana di antara para investor.

Bitcoin tidak pernah melakukan yang namanya presale, premine, IDO ataupun ICO. Pada awal bitcoin dibuat semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan mining. Semua miners harus mengeluarkan biaya listrik untuk menambang bitcoin dan menjalankan fungsi proof-of-work.

Pemegang bitcoin sudah sangat tersebar yaitu sebanyak 40,393,492 alamat. Tanpa adanya premine. Likuiditas bitcoin sangatlah tinggi. Bahkan Elon Musk sempat menjual 10% bitcoin milik Tesla untuk membuktikan likuiditas bitcoin melebihi uang tunai tanpa mempengaruhi pergerakan harga. Saat ini kepemilikan bitcoin tersebar dan tidak ada yang menguasai bitcoin secara masif, sehingga kemungkinan untuk dimanipulasi sangatlah sedikit.

Sumber kode bitcoin pun terbuka secara transparan dan dapat diaudit serta di telaah melalui github. Aktivitas kode dari bitcoin pun juga sangat aktif dibandingkan dengan koin-koin baru.

Kesimpulan

Dunia kripto merupakan dunia baru dimana ini kombinasi antara orang-orang yang tidak mengerti tentang uang bertemu dengan orang-orang yang tidak mengerti tentang teknologi. Bitcoin merupakan mata uang kripto yang bertahan paling lama dan memiliki kredibilitas yang teruji dibandingkan dengan koin-koin yang lain. Para investor sebaiknya berhati-hati tergiur dengan koin-koin yang mengumbar banyak janji, tidak hanya koin anak bangsa, tapi juga koin-koin di luar sana.