Daftar Isi

Poin Utama

  • Hiperinflasi itu saat inflasi bulanan lebih dari 50%.
  • Zimbabwe mengalami hiperinflasi selama 10 tahun karena kebijakan moneter yang buruk.
  • Hiperinflasi bikin harga barang naik, bikin orang malas simpan uang, dan bikin orang kurang percaya sama pemerintah.

Hiperinflasi, yang biasanya ditandai dengan inflasi tinggi banget, lebih dari 50% per bulan, dengan cepat bikin uang jadi gak berharga, bikin ekonomi stagnan, harga-harga berubah-ubah, dan bikin orang gak percaya sama kebijakan pemerintah.

Negara bisa butuh bertahun-tahun buat pulih dari efek ekonomi hiperinflasi, dan kalo kebijakan moneter gak diperbaiki dengan bener, hiperinflasi bisa muncul lagi dengan mudah. Zimbabwe, negara di sebelah tenggara Afrika, mengalami krisis inflasi selama hampir satu dekade.

Dari tahun 1998 sampe 2009, tingkat inflasi dari dolar Zimbabwe naik dengan cepat, sampe puncaknya pada tingkat 79.600.000.000% per bulan pada pertengahan November 2008. Hiperinflasi dolar Zimbabwe waktu itu disebabkan oleh manajemen ekonomi yang parah, termasuk usaha pemerintah buat menyembunyikan nilai sebenarnya dari mata uang. Jadi gimana sih krisis hiperinflasi ini terjadi? Kenapa bisa berlangsung lama banget?

Semuanya dimulai di tahun 1990-an, dan sampe sekarang juga, dolar Zimbabwe termasuk mata uang yang paling terinflasi di dunia.

Kebijakan Moneter, 1991 – 2008

Penyebab krisis hiperinflasi Zimbabwe itu adalah beberapa kasus pengelolaan kebijakan yang buruk oleh presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, dan pemerintahannya.

Jadi ceritanya, pada awal tahun 1990-an, sang presiden ini menerapkan serangkaian reformasi ekonomi yang bener-bener nggak bagus. Salah satunya adalah reformasi tanah yang bikin produksi makanan anjlok tajam, jadi harganya pun naik tinggi-tinggi. Belum lagi sektor perbankan yang kolaps gara-gara sanksi ekonomi dari Amerika Serikat, Uni Eropa, dan IMF.

Masalahnya juga ada di sektor perbankan yang nggak bisa mobilisasi dana buat investasi dan pinjaman, karena udah kebobolan sama para elit sosial dan pejabat pemerintah yang korup. Bank-bank juga ragu kasih pinjaman karena risiko yang tinggi akibat situasi politik dan keuangan yang gak menentu. Akibatnya, ekonomi jatuh drastis, pengangguran melambung sampe 80% selama krisis inflasi.

Selain itu, pemerintah Zimbabwe ini nyetak uang kayak gak ada habisnya buat biayain aksi militer di Republik Demokratik Kongo. Mereka juga banyak impor makanan buat ngurangi risiko kelaparan di negara mereka. Tapi keputusan impor makanan ini malah jadi pemicu hiperinflasi karena Zimbabwe makin banyak berhutang dalam mata uang asing. Oh iya, gak ada usaha sama sekali dari rezim Mugabe buat ngebatasin pengeluaran pemerintah lainnya.

Ledakan dalam jumlah uang yang beredar karena pencetakan uang menyebabkan harga naik dengan cepat.

Keparahan hiperinflasi di Zimbabwe juga disebabkan oleh korupsi institusional dan kurangnya kepercayaan terhadap pemerintah dan mata uangnya. Sementara mencetak uang untuk membiayai upaya militer dan impor makanan, pemerintah Zimbabwe melaporkan kegiatan pencetakan uangnya dengan sekitar 20 juta dolar setiap bulan.

Dalam usaha untuk memperbaiki penurunan nilai mata uang Zimbabwe, Bank Sentral Zimbabwe hanya meningkatkan upaya pencetakan uangnya, menggambarkan inflasi sebagai ilegal, melaksanakan redenominasi mata uangnya dari uang kertas Z$5, Z$10, dan Z$20 menjadi uang kertas Z$100.000.000 dan Z$200.000.000, dengan sengaja menghindari perubahan nilai tukar mata uang asing atau tingkat inflasi, dan mengumumkan rezim mata uang baru yang tidak mengatasi akar masalah inflasi dan lebih lanjut merusak kepercayaan rakyat terhadap stabilitas mata uang. Redenominasi ini bahkan mencapai titik di mana uang kertas senilai Z$100.000.000.000.000 (Seratus Triliun) dolar diinjeksikan ke dalam peredaran.

Jadinya, pasar gelap buat mata uang asing jadi cara biasa buat dapetin barang dan jasa dasar dengan nilai yang lumayan tetap, walau pake mata uang asing secara ilegal.

Banyak pejabat pemerintah berperingkat tinggi terlibat dalam pasar gelap pertukaran mata uang.

Reformasi Ekonomi, 2008 – Sekarang

Ketika inflasi mencapai level tertinggi sepanjang masa pada akhir 2008, pemerintah Zimbabwe mulai ngelakuin beberapa reformasi. Pertama, mereka pake mata uang asing, kayak Dolar Amerika Serikat dan Euro, sebagai mata uang resmi, biar bisa ngejagain harga, nilai tukar, dan bangun kepercayaan lagi sama nilai mata uang.

Kedua, tahun 2009, pemerintah berenti ngeprint dolar Zimbabwe dan ngijinin orang pake mata uang asing pilihan mereka, terutama Dolar Amerika Serikat. Ini bikin konsumen yakin lagi sama nilai mata uang.

Akibatnya, tingkat inflasi turun terus selama bertahun-tahun, sampe 4,3% di Juli 2018. Walaupun Menteri Keuangan Zimbabwe ngomong di tahun 2015 kalo mereka gak bakal coba bikin mata uang nasional lagi, rezim baru di tahun 2019 malah ngumumin mata uang Zimbabwe baru yang bikin hiperinflasi kembali. Emang, tingkat inflasi jadi 417,25% di bulan Oktober 2020.

Kesimpulan

Setelah mencapai tingkat inflasi hampir 557% pada akhir 2020, dolar Zimbabwe sekarang kembali ke tingkat inflasi tahunan yang lebih moderat, dengan dua digit. Tapi, pada bulan Juni 2023, inflasi tahunan kembali naik ke tiga digit dan mencapai 172%. Angka-angka ini berdasarkan data dari IMF.

Seperti kata pepatah: “Sejarah bisa nggak berulang, tapi sering berirama.” Krisis moneter yang terus berlanjut di Zimbabwe punya banyak kesamaan dengan peristiwa hiperinflasi di Republik Weimar (Jerman) setelah Perang Dunia 1.

  • Weimar punya utang yang luar biasa banget—dalam mata uang Prancis, Rusia, dan Inggris.
  • Kapasitas produksi negara (manufaktur) juga berkurang banget, jadi susah buat bayar utang dengan duit yang dihasilkan sendiri.
  • Pemerintah Weimar nambah pengeluaran defisit dan ngeprint uang seenaknya buat berusaha bayar utangnya.

Kondisi hiperinflasi makin parah dan bikin chaos.

Kita liat aja gimana negara ini bisa bertahan dari badai hiperinflasi yang kayaknya nggak berenti-berenti. Tapi para bankir sentral dan perencana sentral harus dengerin peringatan sejarah: ngeprint uang tanpa kontrol dan kebijakan fiskal yang nggak bertanggung jawab biasanya bikin inflasi naik. Kalo dibiarkan berlarut-larut, hampir nggak mungkin hiperinflasi bisa dihentikan.